Gunung Api Aktif di Indonesia Dan Gunung Api Aktif di Dunia



1.      Gunung api aktif di Indonesia : Gunung Kerinci, Jambi



 
 
1°41,5'LS -101°16' BT

Gunung Kerinci (juga dieja "Kerintji", dan dikenal sebagai Gunung Gedang, Berapi Kurinci, Kerinchi, Korinci, atau Puncak Indrapura) adalah gunung tertinggi di Sumatra, gunung berapi tertinggi di Indonesia, dan puncak tertinggi di Indonesia di luar Papua yang memiliki ketinggian 3805 mdpl. Gunung Kerinci terletak di Provinsi Jambi, di Pegunungan Bukit Barisan, dekat pantai barat, dan terletak sekitar 130 km sebelah selatan Padang Provinsi Jambi. Gunung ini dikelilingi hutan lebat Taman Nasional Kerinci Seblat dan merupakan habitat harimau sumatra dan badak sumatra. Puncak Gunung Kerinci berada pada ketinggian 3.805 mdpl, di Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, di sini pengunjung dapat melihat di kejauhan membentang pemandangan indah Kota Jambi, Padang, dan Bengkulu. Bahkan Samudera Hindia yang luas dapat terlihat dengan jelas. Gunung Kerinci memiliki kawah seluas 400 x 120 meter dan berisi air yang berwarna hijau. Di sebelah timur terdapat danau Bento, rawa berair jernih tertinggi di Sumatera. Di belakangnya terdapat gunung tujuh dengan kawah yang sangat indah yang hampir tak tersentuh. Gunung Kerinci merupakan gunung berapi bertipe stratovulcano yang masih aktif dan terakhir kali meletus pada tahun 2009. Gunung Kerinci berbentuk kerucut dengan lebar 13 km (8 mil) dan panjang 25 km (16 mil), memanjang dari utara ke selatan. Pada puncaknya di sisi timur laut terdapat kawah sedalam 600 meter (1.969 kaki) berisi air berwarna hijau. Hingga sekarang, kawah yang berukuran 400 x 120 meter ini masih berstatus aktif. Gunung Kerinci termasuk dalam bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). TNKS adalah sebuah wilayah konservasi yang memiliki luas 1.484.650 hektare dan terletak di wilayah empat provinsi, yang mana sebagian besarnya berada di wilayah Jambi. TNKS sendiri merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan yang memanjang dari utara ke selatan di Pulau Sumatra. Gunung Kerinci merupakan gunung tipe A aktif yang berada sekitar 130 kilometer arah Selatan Kota Padang. Tipe Letusan : Tipe Hawaii Bentuk Gunung : Gunung Strato atau Kerucut Tipe Erupsi : Erupsi Eksplosif Keaktifan Gunung : Tipe A. Tumbuhan dataran rendah didominasi oleh beberapa jenis mahoni, terdapat juga tumbuhan raksasa Bunga Raflesia Rafflesia Arnoldi dan Suweg Raksasa Amorphophallus Titanum. Pohon cemara juga tumbuh di Gunung Kerinci. Dengan Taman Nasional Leuser, taman ini terhalang oleh Danau Toba dan Ngarai Sihanok. Sehingga beberapa binatang yang tidak terdapat di Taman Leuser ada di sini, seperti tapir (Tapirus indicus) dan kuskus (Tarsius bancanus). Banyak terdapat binatang khas Sumatera seperti gajah, badak sumatera, harimau, beruang madu, macan tutul, kecuali orang utan. Berbagai primata seperti siamang, gibbon, monyet ekor panjang, dan Presbytis melapophos. Terdapat juga 140 jenis burung. Kerinci yang berbentuk strato vulkano, mempunyai karakter letusan bersifat eksplosif, diselingi dengan adanya aliran-aliran lava. Data geologi umumnya didominasi oleh aliran - aliran lava. Karakter letusan Gunung Kerinci saat ini adalah letusan bertipe vulkano lemah yang hanya mengeluarkan material abu letusan, tidak ada data aliran lava yang tercatat sebagaimana tertera dalam sejarah letusannya. Periode letusan yang agak besar di Gunung Kerinci bervariasi dari 5 tahunan hingga 30 tahunan, Stratigrafi batuan yang terdapat di sekitar Gunung Kerinci tersusun dari tua ke muda sebagai berikut :
1. Batuan yang berumur Paleozoikum – Mesozoikum terdapat di bagian utara komplek Gunung Kerinci, dengan dicirikan oleh bentuk morfologi yang kasar dan lembah-lembah yang dalam akibat erosi yang sangat berlanjut, tersusun oleh batuan sedimen dan metamorfosa dan intrusi batuan Granit.
2. Batuan berumur tersier, tersebar memanjang di sebelah barat dan timur dan selatan dengan arah umum barat daya timurlaut. Batuan ini tersusun dari batuan sedimen (batu pasir, lanau, tufa, batu gamping), yang tersebar di bagian selatan Gunung Kerinci. Batuan vulkanik tua yang tidak diketahui sumber asalnya tersebar di bagian barat dan timur Gunung Kerinci. Batuan Vulkanik tua ini terdiri dari Batuan Vulkanik Danau Tujuh dan Batuan Vulkanik Patah Sembilan.
3. Batuan Vulkanik Gunung Kerinci yang tersusun dari batuan Lava, piroklastik jatuhan, piroklastik aliran dan lahar. Satuan batuan ini terdiri dari beberapa kelompok batuan yang diuraiakan berdasarkan urutan stratigrafinya terbagi menjadi beberapa kelompok Batuan Vulkanik Kerinci
Penyebaran satuan ini dominannya berarah utara – selatan, sedangkan penyebaran kearah timur dan barat terhalang oleh Gunung Tujuh dan gunung Patah Sembilan. Litologinya terdiri dari lava, aliran piroklastik, jatuhan piroklastik, lahar dan endapan permukaan. Morfologinya membentuk kerucut muda Kerinci dan kerucut parasit yang umumnya terdapat disekitar tubuh kerinci muda, seperti gunung Labuh, Mageger, Buntak dan lain-lainnya.



2.      Gunung api aktif di Dunia : Gunung Vesuvius, Italia






         
                                                               40°49′ LU 14°26′ BT

Gunung Vesuvius (bahasa Italia: Monte Vesuvio) adalah satu-satunya gunung berapi aktif di Eropa Daratan yang terletak di sebelah timur Napoli, Italia. Pada tahun 79, Gunung yang memiliki ketinggian 1.220 meter di atas permukaan laut (mdpl) oleh para ahli disebut sebagai “gunung api paling mematikan secara konsisten di dunia”. Letusan gunung ini menghancurkan kota Pompeii. Pompeii adalah sebuah kota zaman Romawi kuno yang telah menjadi puing dekat kota Napoli dan sekarang berada di wilayah Campania, Italia. Pompeii hancur oleh letusan gunung Vesuvius pada 79 M. Debu letusan gunung Vesuvius menimbun kota Pompeii dengan segala isinya sedalam beberapa kaki menyebabkan kota ini hilang selama 1.600 tahun sebelum ditemukan kembali dengan tidak sengaja. Semenjak itu penggalian kembali kota ini memberikan pemandangan yang luar biasa terinci mengenai kehidupan sebuah kota di puncak kejayaan Kekaisaran Romawi. Saat ini kota Pompeii merupakan salah satu dari Situs Warisan Dunia UNESCO. Gunung Vesuvius terkenal karena letusan dalam AD 79 yang menyebabkan kehancuran Roma kota Pompeii dan Herculaneum dan kematian 10.000 hingga 25.000 orang. Gunung Vesuvius sempat membuat kota Pompeii tenggelam karena abu yang keluar dari letusan gunung ini, abu gunung ini berkisaran mencapai 340° celcius panasnya, menyebabkan puluhan ribu orang meninggal dan kedahsyatan letusan gunung ini menyebabkan kota Pompeii hilang terkubur. Gunung ini telah meletus beberapa kali dan saat ini dianggap sebagai salah satu gunung berapi yang paling berbahaya di dunia karena terdapat penduduk sebesar 3.000.000 orang yang tinggal di dekatnya dan kecenderungan mereka tinggal ke arah ledakan (Plinian) letusan.
Gunung Vesuvius, sebuah gunung berapi di Italia saat ini, meletus pada tahun 79 M di antara salah satu letusan gunung berapi yang paling mematikan dalam sejarah Eropa. Para sejarawan telah mempelajari mengenai letusan ini dari catatan saksi mata Plinius yang Muda, seorang administrator dan penyair Romawi. Peristiwa ini menjadi asal mula penyematan nama letusan gunung berapi tipe Vesuvian. Gunung Vesuvius memuntahkan awan tefra dan gas mematikan hingga ketinggian 33 kilometer (21 mi), menyemburkan batuan cair, batuapung hancur, dan debu panas dengan laju 1,5 juta ton per detik, yang akhirnya melepaskan energi termal 100.000 kali pengeboman Hiroshima-Nagasaki. Beberapa permukiman Romawi lenyap dan terkubur di bawah semburan piroklastik dan timbunan abu gunung berapi masif, yang paling terkenal adalah Pompeii dan Herculaneum. Jumlah penduduk di kota-kota tersebut adalah 16.000-20.000 jiwa; jenazah sekitar 1.500 orang telah ditemukan di Pompeii dan Herculaneum, namun jumlah korban tewas keseluruhan masih belum diketahui. Letusan tahun 79 M didahului oleh sebuah gempa bumi dahsyat tujuh belas tahun sebelumnya pada 5 Februari 62 M, yang menyebabkan kehancuran di sekitar Teluk Napoli dan khususnya Pompeii. Beberapa kerusakan masih belum diperbaiki saat gunung berapi ini meletus. Kematian 600 domba karena "udara tercemar" di sekitar Pompeii, dilaporkan oleh Seneca Muda, menyebabkan ahli vulkanologi Haraldur Sigurdsson membandingkannya dengan kematian domba serupa di Islandia karena akumulasi karbon dioksida gunung berapi dan berspekulasi bahwa gempa bumi tahun 62 M berhubungan dengan aktivitas baru oleh Gunung Vesuvius. Gempa bumi lebih kecil lainnya terjadi pada tahun 64 M; yang dicatat oleh Suetonius dalam karya biografinya mengenai Nero, dan oleh Tacitus dalam Annales karena gempa bumi ini terjadi ketika Nero berada di Napoli tampil untuk pertama kalinya di teater publik. Suetonius mencatat bahwa kaisar terus bernyanyi selama gempa bumi sampai dia menyelesaikan lagunya, sementara Tacitus menulis bahwa teater tersebut ambruk sesaat setelah dievakuasi.
Vesuvius meledak, menghamburkan gumpalan abu tebal yang bisa digambarkan menyerupai jamur atau pohon cemara. Seperti digambarkan Pliny The Younger, filsuf yang sedang berada di Teluk Napoli pada saat letusan terjadi, abu terlempar jauh tinggi ke atas seperti batang, lalu melebar dan akhirnya berhamburan ke bumi. Tinggi semburan ini diduga mencapai 30 kilometer, dan selama hampir 12 jam kemudian, Pompeii seperti dilapisi abu dan kerikil vulkanis setebal beberapa sentimeter.




 

Letusan gunung ini tergolong pada letusan Perret atau Plinian. Letusan tipe ini sangat berbahaya dan sangat merusak lingkungan. Material yang dilemparkan pada letusan tipe ini mencapai ketinggian sekitar 80 km. Letusan tipe ini dapat melemparkan kepundan atau membobol puncak gunung, sehingga dinding kawah melorot. Para geologiwan telah menggunakan sifat-sifat magnetik dari batu-batu dan serpihan-serpihan yang ditemukan di Pompeii untuk memperkirakan temperatur aliran piroklaktik yang mengubur kota itu. Ketika batu yang meleleh itu membeku kembali, mineral magnetik dalam batu itu mencatat arah bidang magnet Bumi. Bila bahan itu dipanaskan melampaui temperatur tertentu, yang dikenal sebagai temperatur Curie, bidang magnetnya mungkin akan dimodivikasi atau sama sekali diatur kembali.
Analisis terhadap lebih dari 200 buah batu vulkanik dan serpihan-serpihan, seperti atap genting, menunjukkan bahwa awan debu itu panasnya hingga 850 °C ketika muncul dari mulut Vesuvius.  Awan itu mendingin hingga kurang dari 350 °C pada saat tiba di kota itu. Banyak dari bahan-bahan yang dianalisis mengalami temperatur antara 240 °C hingga 340 °C. Beberapa daerah memperlihatkan temperatur yang lebih rendah, hanya 180 °C. Ada teori yang mengatakan bahwa guncangan mungkin telah menyebabkan tercampurnya udara dingin ke dalam awan debu itu.
Bebatuan yang dimuntahkan Vesuvius adalah jenis andesit dan batu vulkanik menengah dengan kandungan silika yang mencapai 53%-63%. Kota Pompeii dan Herculaneum tersapu letusan jenis Plinian yang menghasilkan semburan gas, abu dan kerikil daya lontarnya bisa mencapai puluhan kilometer.


Komentar